Yogyakarta – Sejarah lahirnya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak terlepas dari peristiwa Perjanjian Giyanti 1755 dan peran besar Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Sosok ini dikenal sebagai pemimpin yang gigih melawan kolonialisme serta menjunjung tinggi adat, tradisi, dan budaya Mataram.
Pada Kamis Pon, 29 Jumadilawal Be 1680 TJ atau 13 Maret 1755, Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama keluarga dan para penggawanya menuju Hutan Beringin, yang kini dikenal sebagai Pesanggrahan Garjitowati. Di tempat itulah, Sultan secara resmi mengumumkan berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, yang menjadi awal mula peradaban Yogyakarta hingga saat ini.
Sejak saat itu, eksistensi Ngayogyakarta terus berkembang, melewati berbagai dinamika sejarah, mulai dari masa Kerajaan Mataram, era Hindia Belanda, pendudukan Jepang, hingga akhirnya menjadi Daerah Istimewa setingkat Provinsi setelah Kemerdekaan Republik Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pengantar buku Dari Giyanti ke Garjitowati: Membangun Peradaban Nagari Ngayogyakarta.
Memperingati Hari Jadi ke-270 DIY, peristiwa bersejarah ini diharapkan dapat semakin menguatkan identitas kewilayahan, kebanggaan, serta loyalitas masyarakat DIY terhadap para pendiri Yogyakarta.
Dengan mengusung tema “Jogja Tumata Tuwuh Ngrembaka”, peringatan ini menjadi simbol harapan bagi berbagai elemen masyarakat, termasuk bupati, wali kota, serta Forkopimda DIY, untuk terus menjaga dan mengembangkan Yogyakarta sesuai dengan nilai-nilai budayanya.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Benny Suharsono, menjelaskan bahwa tema ini menggambarkan keberagaman yang terus tumbuh dan berkembang di Yogyakarta, baik dalam ide, aspirasi, maupun partisipasi masyarakat.
Rangkaian Peringatan Hari Jadi ke-270 DIY
Untuk memperingati Hari Jadi ke-270 DIY, berbagai rangkaian acara telah digelar, mulai dari ziarah ke makam leluhur, penyelenggaraan berbagai event budaya, hingga tirakatan yang berlangsung pada malam sebelumnya.
Melalui peringatan ini, diharapkan semangat Jogja Tumata Tuwuh Ngrembaka dapat terus hidup dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Yogyakarta, menjadikannya daerah yang tetap istimewa dan semakin maju sesuai dengan perkembangan zaman. (*)