SKA: Strategi Cerdas Cetak Dokter Spesialis dan Atasi Krisis Kesehatan Mental Mahasiswa

Yogyakarta – Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2025, Kelompok Kerja Nasional Sistem Kesehatan Akademik menyoroti pentingnya peran Sistem Kesehatan Akademik (SKA) dalam memperkuat sistem kesehatan baik di tingkat nasional maupun daerah. SKA menjadi wujud nyata dari akuntabilitas sosial institusi pendidikan tinggi kedokteran, sekaligus menjawab tantangan besar di sektor kesehatan Indonesia yang kompleks dan dinamis.

Model kolaboratif ini menyatukan kekuatan perguruan tinggi kedokteran, rumah sakit pendidikan, dan pemerintah daerah dalam satu ekosistem yang berorientasi pada pemecahan masalah prioritas masyarakat, sejalan dengan inisiatif nasional #KampusBerdampak yang diusung oleh Kemendiktisaintek. Melalui program ini, berbagai inisiatif pendidikan, riset, pelayanan, hingga pengabdian masyarakat difokuskan untuk menjawab persoalan krusial sektor kesehatan.

Salah satu pencapaian signifikan dari SKA adalah peningkatan jumlah lulusan dokter spesialis serta bertambahnya jumlah dan jenis program studi spesialis, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Dengan begitu, ketersediaan tenaga medis dan tenaga kesehatan di wilayah-wilayah kurang terlayani semakin dapat terpenuhi.

“Inisiatif #KampusBerdampak yang dicanangkan oleh Kemendiktisaintek menekankan pentingnya perguruan tinggi secara aktif, berkontribusi nyata mengatasi masalah di masyarakat,” demikian pernyataan resmi yang menegaskan arah kebijakan nasional ini.

Pendekatan SKA telah diterapkan selama satu dekade terakhir, dan hasilnya kini mulai dirasakan. Fakultas Kedokteran di berbagai kampus tanah air secara aktif mempraktikkan prinsip Tridarma Perguruan Tinggi dengan pendekatan yang lebih integratif, kolaboratif, dan inovatif untuk menjawab tantangan baru di bidang kesehatan.

Menyoroti pentingnya seleksi mahasiswa yang berkualitas dan berdampak pada SDM kesehatan masa depan, Dr. dr. Sudadi Sp.An., KNA., KAR., Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Alumni dan Pengabdian kepada Masyarakat, menyatakan bahwa “sejak awal penerimaan mahasiswa baru telah diterapkan screening dan assessment sesuai dengan bidang belajar masing-masing baik dari segi kualitas akademik maupun psikologis.”

Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Sri Suning Kusumawardani, ST., MT., Direktur SDM Ditjen Dikti Kemendiktisaintek RI sekaligus Guru Besar Fakultas Teknik UGM menambahkan bahwa manfaat SKA sudah mulai terlihat jelas. “Dengan penerapan Sistem Kesehatan Akademik yang sudah berjalan 10 tahun ini sudah terlihat hasilnya yakni selain kualitas SDM yang memadai juga persoalan kesehatan mental para mahasiswa terjaga dan tertangani dengan baik,” tegasnya.

SKA dirancang dengan tiga pilar utama:

  1. Penguatan layanan kesehatan masyarakat,
  2. Pemenuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan yang merata, dan
  3. Kolaborasi yang membangun dengan Pemerintah Daerah.

Pendekatan SKA bersifat adaptif, karena implementasinya disesuaikan dengan tantangan dan potensi lokal di masing-masing wilayah. Setiap daerah memiliki tantangan kesehatan yang unik, sehingga model SKA diharapkan mampu menjadi kerangka kolaborasi yang luwes namun tetap terstruktur, menyatukan kepentingan akademisi, praktisi, hingga pemangku kebijakan dalam sebuah misi besar: menciptakan Indonesia yang lebih sehat dan mandiri. (Yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *