UGM dan BRIN Kembangkan Teknologi Nuklir untuk Atasi Lalat Buah

Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjalin kolaborasi riset pemanfaatan teknologi nuklir untuk mengendalikan lalat buah, salah satu hama utama hortikultura di Indonesia.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Hama Tanaman Fakultas Pertanian UGM, Suputa, menjelaskan bahwa kolaborasi ini diarahkan untuk meningkatkan daya saing komoditas hortikultura lokal, terutama salak pondoh yang menjadi ikon Yogyakarta. “Serangan lalat buah menjadi hambatan serius dalam ekspor buah Indonesia,” kata Suputa di Yogyakarta, Minggu (22/8).

Ia mencontohkan, pada 2016 ekspor salak DIY ke Australia ditolak bahkan dimusnahkan karena ditemukan belatung lalat buah. Sejak itu, Australia tidak lagi menerima ekspor salak dari Yogyakarta. Dengan adanya teknologi nuklir, telur maupun larva lalat buah di dalam buah dapat dimatikan. “Kita harapkan produk buah kita diterima negara mitra dagang,” terang Suputa.

Suputa menambahkan, kolaborasi riset ini diharapkan mampu meningkatkan devisa negara melalui sektor ekspor sekaligus menjaga keberlangsungan buah lokal. “Kolaborasi ini wujud interdisiplin dan multidisiplin, agar tidak ada ego sektoral. Tujuan utamanya adalah kemaslahatan bersama, terutama meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya.

Menurutnya, langkah ini juga menjadi pijakan produktif dalam membangun sinergi riset, khususnya penerapan fitosanitari dan Teknik Serangga Mandul (TSM) berbasis teknologi nuklir. Inovasi ini bermanfaat bagi peningkatan keamanan pangan dan daya saing komoditas hortikultura Indonesia.

Perwakilan BRIN, Murni Indarwatmi, menegaskan bahwa potensi pemanfaatan teknologi nuklir untuk perlindungan tanaman sangat besar, terutama dalam tahap pascapanen agar sesuai standar ekspor. “Peluangnya itu besar sekali. Untuk bagian pascapanen, pemanfaatan iradiasi khususnya untuk buah-buahan adalah untuk perlakuan fitosanitari. Dengan iradiasi, radiasi bisa menembus hingga ke dalam buah dan membunuh telur maupun larva hama lalat buah yang tersembunyi,” tuturnya.

Meski begitu, Murni mengakui tantangan masih ada, terutama terkait persepsi masyarakat terhadap nuklir yang kerap diasosiasikan dengan bom atau kecelakaan reaktor. “Sebenarnya iradiasi ini tidak ada bahan radioaktif yang menempel sama sekali di produk. Dosisnya kecil dan aman, justru memastikan buah yang diekspor bebas dari hama,” tutur Murni. (Nr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *