Keraton Solo Berduka, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Tutup Usia

Solo – Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diselimuti duka mendalam. Raja Keraton Solo, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, berpulang pada Minggu (2/11) pukul 07.29 WIB di RS Indriati Solo Baru, Sukoharjo. Kepergian beliau meninggalkan kesedihan bagi keluarga besar keraton dan masyarakat Jawa yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya warisan leluhur.

Kabar wafatnya Pakubuwono XIII pertama kali beredar di kalangan internal keraton sebelum akhirnya dikonfirmasi oleh sejumlah kerabat dekat. Hingga siang hari, jenazah masih berada di rumah sakit dan menunggu pemulangan ke Keraton Surakarta untuk prosesi adat lanjutan yang menjadi tradisi turun-temurun.

Juru Bicara Keraton, KPA Dani Nur Adiningrat, membenarkan berita meninggalnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII dan berharap masyarakat turut mendoakan sang raja agar mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. “Kami minta doanya,” ungkapnya.

Sri Susuhunan Pakubuwono XIII wafat pada usia 77 tahun setelah cukup lama menjalani perawatan di rumah sakit sejak September lalu. Kabar duka ini menandai berakhirnya satu bab penting dalam sejarah panjang Keraton Surakarta, sekaligus membuka babak baru dalam perjalanan budaya dan kepemimpinan di tanah Jawa.

Perjalanan Menuju Tahta

Sri Susuhunan Pakubuwono XIII lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948 dengan nama kecil Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi. Ia merupakan putra sulung dari Sri Susuhunan Pakubuwono XII, raja Keraton Solo sebelumnya.

PB XII diketahui memiliki enam istri dan 35 anak, menjadikan persoalan penerus takhta sangat kompleks. Hangabehi sebagai putra tertua, ia dianggap sebagai calon pewaris takhta yang sah.

Namun, situasi berubah setelah PB XII wafat pada 11 Juni 2004, muncul perpecahan di tubuh keluarga besar Keraton Kasunanan Surakarta. Dua tokoh tampil sebagai calon penerus takhta, yakni KGPH Hangabehi dan adiknya KGPH Tejowulan, hingga sempat terjadi ketegangan antar keduanya termasuk para pendukungnya. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu konflik paling serius dalam sejarah modern Kasunanan Solo.

Meski demikian, penobatan Hangabehi tetap digelar pada 10 September 2004 di Bangsal Manguntur Tangkil, Sitihinggil Lor, disaksikan para bangsawan, perwakilan kerajaan daerah, hingga duta besar negara sahabat. Dari sinilah, ia secara resmi dinobatkan sebagai Paku Buwono XIII. (Nr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *