Surakarta – Di tengah memanasnya perebutan takhta Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, nama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbay Kusuma Dewayani kembali mencuat sebagai tokoh sentral yang menentukan arah narasi dan sikap politik internal keraton. Putri sulung mendiang SISKS Pakubuwana XIII ini tampil sebagai juru bicara utama kubu yang mendukung adiknya, KGPAA Hamangkunagoro atau Purbaya, sebagai raja yang sah dengan gelar Pakubuwana XIV.
Sebagai anak tertua dari pernikahan pertama Pakubuwana XIII dengan KRAy Endang Kusumaningdyah, suara GKR Timoer memiliki bobot tersendiri. Ia berdiri paling depan dalam mempertahankan klaim suksesi Purbaya sekaligus menolak keras penobatan KGPH Hangabehi, atau Mangkubumi, yang diangkat sebagai Pakubuwana XIV oleh kelompok kerabat lain dan didukung Lembaga Dewan Adat (LDA).
Pembelaan Keras atas Suksesi Purbaya
Konflik suksesi Keraton Solo kembali mengemuka setelah wafatnya Pakubuwana XIII. Dua putranya, yakni Purbaya dan Mangkubumi, masing-masing mengklaim sebagai penerus sah takhta Mataram Surakarta.
GKR Timoer menegaskan bahwa Jumenengan Dalem Nata Binayangkare SISKS Pakubuwana XIV Purbaya, yang digelar pada Sabtu (15/11), telah berlangsung sesuai paugeran dan tata adat keraton. Menurutnya, prosesi tersebut mengukuhkan Purbaya sebagai satu-satunya raja yang sah.
Dalam pernyataannya, ia menolak secara terbuka klaim Mangkubumi dan menyebut penobatan itu sebagai tindakan yang mengingkari kesepakatan keluarga.
“Saya hanya kasihan keraton dipecah belah seperti ini. Ini seperti mengulang suksesi Pakubuwono XIII yang lalu,” ujar GKR Timoer, mengingatkan konflik internal pada 2004 yang membuat keraton terbelah dalam waktu panjang.
Ia juga menyebut bahwa sebelum prosesi pemakaman Pakubuwana XIII, seluruh pihak keluarga—bahkan di hadapan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan Wali Kota Solo Respati Ardi—telah sepakat menunjuk Hamangkunagoro sebagai Putra Mahkota.
Siap Tempuh Jalur Hukum
Menyikapi mandeknya mediasi internal keluarga, GKR Timoer menegaskan kubu Purbaya akan menempuh jalur hukum untuk memastikan legitimasi takhta. Langkah ini menandai keseriusan kubu Purbaya untuk mengakhiri perpecahan yang kembali terjadi di lingkungan Kasunanan.
Sikap keras GKR Timoer juga menempatkannya sebagai figur yang mengatur arah komunikasi publik kubu Purbaya. Ia memastikan bahwa narasi mengenai keabsahan Pakubuwana XIV Purbaya sampai kepada masyarakat dan pemerintah.
Figur Kesenian dan Perannya dalam Silsilah Keraton
Di luar dinamika politik internal keraton, GKR Timoer dikenal sebagai sosok yang memiliki ketertarikan mendalam pada dunia seni. Ia pernah tampil dalam film Ambyar Mak Byar (2024) sebagai Ibu Permaisuri, memperlihatkan sisi artistiknya di luar tembok keraton.
Menurut paugeran Keraton Mataram, penerus takhta harus berasal dari garis laki-laki, sehingga meski sebagai anak tertua, GKR Timoer tidak dapat menjadi calon raja. Perannya kini berfokus pada memberikan dukungan penuh kepada adiknya, Purbaya, putra bungsu Pakubuwana XIII dari permaisuri GKR Paku Buwono. (Yud)
