Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada (UGM) bergerak cepat memastikan keberlangsungan pendidikan mahasiswanya yang terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Sebanyak 162 mahasiswa tercatat mengalami dampak langsung bencana dan kini mendapat dukungan akademik, psikologis, serta finansial dari kampus.
Langkah cepat ini menjadi bentuk kepedulian UGM terhadap sivitas akademika yang sedang menghadapi masa sulit, sekaligus penegasan bahwa tidak ada mahasiswa yang boleh terhambat kuliahnya karena kondisi darurat.
UGM Pastikan Tidak Ada Mahasiswa Putus Studi
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, menyampaikan belasungkawa sekaligus dukungan penuh bagi para mahasiswa. Ia menegaskan bahwa UGM berkewajiban hadir dalam situasi krisis.
“Kami memastikan tidak ada mahasiswa yang harus putus kuliah karena alasan biaya. Bantuan diberikan secepat mungkin agar meringankan beban mahasiswa dan keluarga,” ujar Rektor Ova Emilia dalam pernyataannya di Auditorium FTP UGM, Selasa (10/12).
UGM telah menyiapkan skema bantuan komprehensif mulai dari fleksibilitas akademik, layanan psikologi dan penyembuhan trauma, hingga dukungan finansial seperti keringanan UKT dan bantuan biaya hidup.
Pendataan dan Penyaluran Dibantu Jaringan Mahasiswa
Direktur Ditmawa UGM, Dr. Hempri Suyatna, menjelaskan bahwa pendataan dilakukan melalui Disaster Response Unit (DERU) dengan dukungan organisasi mahasiswa seperti FORKOM, BEM UGM, Forum Mahasiswa Pascasarjana, dan GER.
“Sejauh ini sudah ada 162 mahasiswa yang mendaftar melalui sistem registrasi. Kami bergerak cepat untuk memastikan bantuan tersalurkan tepat sasaran,” kata Hempri.
Selain bantuan kebutuhan hidup dan voucher makan, UGM juga menyiapkan skema relawan mahasiswa yang akan diterjunkan ke wilayah terdampak di Sumatra setelah akhir semester. Kegiatan kemanusiaan ini akan dikoordinasikan oleh DPkM bersama Gelanggang Emergency Response (GER).
Testimoni Mahasiswa: Akses Terputus, Bantuan Tak Merata
Salah satu mahasiswa terdampak, Eva Rusdiana dari Fakultas Pertanian UGM, menggambarkan situasi kritis di Aceh Tamiang, daerah asalnya.
Selama empat hari, keluarganya bertahan di rumah warga yang dijadikan tempat pengungsian tanpa makanan dan air bersih. Bantuan resmi tidak bisa masuk karena akses terputus, sehingga warga bergantung pada kendaraan yang kebetulan lewat.
“Saya sangat berterima kasih kepada UGM yang hadir memberikan bantuan. Kehadiran kampus benar-benar menjawab kebutuhan mendesak kami,” ungkap Eva.
Fakultas Juga Bergerak: FEB UGM Beri Fleksibilitas UKT
Di tingkat fakultas, kebijakan bantuan juga digulirkan. Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan FEB UGM, Bayu Sutikno, menyebutkan pihaknya memberikan fleksibilitas pembayaran UKT serta menyediakan makan siang gratis bagi mahasiswa terdampak.
“Sampai saat ini tercatat 18 mahasiswa FEB UGM terdampak bencana. Kami pastikan kegiatan akademik mereka tetap lancar,” ujar Bayu.
UGM Tegaskan Komitmen: Pendidikan Tidak Boleh Terhenti oleh Bencana
UGM memastikan bantuan akan terus dikawal hingga tuntas melalui kerja sama antara universitas, fakultas, departemen, dan program studi. Kampus juga terus memantau perkembangan bencana dan menyiapkan langkah respons cepat jika jumlah mahasiswa terdampak bertambah. (Yud)
