Peringatan 40 Hari PB XIII Jadi Ajang Penegasan Raja Baru

Yogyakarta – Di tengah suasana berkabung dan meningkatnya isu perpecahan internal, upacara peringatan 40 hari wafatnya SISKS Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi pada Rabu (10/12) menjadi momentum penting bagi Keraton Surakarta.

Pada peringatan yang digelar di Sasana Handrawina itu, Lembaga Dewan Adat (LDA) secara tegas menyampaikan sikap resmi terkait penerus takhta sebuah keputusan yang memiliki implikasi adat sekaligus mempertegas arah legitimasi kepemimpinan keraton.

Upacara yang dihadiri ratusan sentana dan abdi dalem tersebut dipimpin oleh Ketua LDA, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari Koes Murtiyah (Gusti Moeng). Ia menyampaikan apresiasi kepada keluarga besar keraton yang menjaga kekhidmatan masa berkabung dan mengajak seluruh pihak menahan diri hingga seluruh rangkaian adat diselesaikan.

LDA TegaskanRaja Baru KGPH Mangkubumi

Dalam sambutannya, Gusti Moeng secara terbuka menyebut penerus takhta yang menurutnya merupakan putra mendiang PB XIII.

“Mari kita doakan agar Allah SWT memberikan hidayah untuk Suryo Suharto, KGPH Mangkubumi yang bertahta sebagai SISKS PB XIV,” ujarnya.

Pernyataan tersebut sekaligus menjadi penegasan LDA bahwa status pewaris takhta berada pada KGPH Mangkubumi. Ia menambahkan bahwa keraton berkomitmen menjaga paugeran atau aturan adat yang telah diwariskan turun-temurun.

Gusti Moeng menjelaskan bahwa penetapan KGPH Mangkubumi sebagai SISKS PB XIV Hangabehi telah dilakukan pada 13 November lalu. Secara adat, prosesi tersebut dianggap sah.

Namun pelaksanaan upacara jumenengan sebagai seremoni pengukuhan raja secara penuh belum dapat digelar. LDA menyatakan bahwa upacara agung tersebut masih menunggu tanda-tanda alam, sebagaimana pakem yang selalu diikuti keraton.

“Kalau jumenengan yang lengkap tata carannya ya ada Tari Bedaya Ketawang, itu sudah menjadi satu keharusan,” tegasnya.

Ia juga memastikan bahwa setiap pergantian raja, LDA selalu memberikan pemberitahuan resmi kepada pemerintah sebagai bagian dari prosedur kelembagaan.

KGPH Mangkubumi yang hadir dalam upacara tersebut mengatakan belum ada rencana definitif. Ia menyebut prioritasnya saat ini adalah menjaga kesinambungan internal keraton dan menunggu pembicaraan lebih lanjut di lingkungan keluarga besar.

Kubu Hamangkunegoro Gelar Peringatan Versi Lain

Sementara itu, kubu lain yang juga mengklaim takhta yakni putra bungsu PB XIII, KGPAA Hamangkunegoro atau Gusti Purbaya akan menggelar peringatan 40 hari wafatnya PB XIII pada Kamis, 11 Desember 2025.

Pengageng Sasana Wilapa, GKR Penembahan Timoer Rumbay Kusuma Dewayani, menyatakan bahwa kegiatan versi mereka terbuka untuk masyarakat umum.

“Masyarakat yang mau datang mendoakan swarganing Paku Buwono XIII dipersilakan,” ujarnya.

Namun ia menegaskan adanya ketentuan busana sesuai paugeran keraton. Beberapa larangan di antaranya adalah memakai batik bermotif parang atau lereng, celana panjang bagi perempuan, serta pakaian berbahan jeans atau kaus tanpa kerah.

Dua Versi Peringatan Soroti Dualisme Kepemimpinan

Dua penyelenggaraan peringatan 40 hari wafatnya PB XIII oleh dua kelompok berbeda kembali mempertegas adanya dualisme kepemimpinan di lingkungan Keraton Surakarta. Selain kubu LDA, kelompok lain yang dipimpin KGPAA Hamangkunegoro atau Gusti Purbaya disebut menjadi pihak yang ikut menggelar rangkaian peringatan versi berbeda.

Situasi ini memperlihatkan bahwa dinamika terkait legitimasi takhta Keraton Surakarta belum menemukan titik temu. Konflik internal diperkirakan masih berlangsung hingga prosesi jumenengan resmi dilaksanakan dan mendapatkan penerimaan kolektif. (Yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *