Yogyakarta – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan bahwa infrastruktur bukan sekadar fondasi ekonomi, melainkan motor utama pemerataan pembangunan antarwilayah di Indonesia.
Menurutnya, pembangunan harus dijalankan tanpa menimbulkan ketimpangan antar daerah. Prinsip dasar pembangunan harus menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, kepedulian terhadap masyarakat kecil, serta pelestarian lingkungan.
Dalam kuliah umum bertajuk “Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan yang Strategis untuk Pembangunan Nasional” di Auditorium SGLC Fakultas Teknik UGM, Rabu (8/10), AHY memaparkan lima strategi dasar yang menjadi arah pembangunan nasional ke depan.
Strategi pertama adalah pendidikan yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Kedua, pengembangan riset dan inovasi untuk menghasilkan solusi berkelanjutan. Ketiga, pengabdian masyarakat agar hasil pembangunan berdampak langsung bagi publik.
Dua strategi terakhir meliputi infrastruktur hijau yang tangguh terhadap bencana, serta tata kelola pemerintahan yang baik sebagai fondasi utama pembangunan.
“Kalau ini semua berjalan, kita sedang menyiapkan Indonesia yang lebih resilien, inklusif, inovatif, dan kompetitif di tingkat global,” ujar AHY.
AHY menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur bukan hanya urusan fisik, melainkan strategi besar untuk mewujudkan pemerataan, memperkuat daya saing, dan menjaga keberlanjutan nasional.
Ia menilai bahwa kolaborasi antara pemerintah, kampus, dan masyarakat adalah kunci utama agar Indonesia mampu menghadapi tantangan global dan memastikan masa depan yang lebih baik.
“Kolaborasi antara pemerintah, kampus, dan masyarakat menjadi kunci agar Indonesia mampu menghadapi tantangan global dan memastikan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyatnya,” paparnya.
Dalam paparannya, AHY juga menyinggung tantangan dunia yang semakin kompleks — mulai dari pertumbuhan populasi global menuju 10 miliar jiwa pada tahun 2050, hingga krisis sumber daya dan perubahan iklim.
“Krisis pangan, energi, dan air bersih akan semakin besar. Karena itu, pembangunan infrastruktur harus berorientasi pada ketahanan, keberlanjutan, dan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya bonus demografi yang kini dimiliki Indonesia. Dengan populasi muda dan produktif, bangsa ini punya peluang besar untuk tumbuh lebih cepat, namun hanya jika pendidikan dan keterampilan disiapkan dengan baik.
Menurut AHY, kampus masa depan harus mampu mencetak generasi yang siap menghadapi perubahan jenis pekerjaan dan keterampilan baru di abad ke-21.
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, menegaskan bahwa infrastruktur merupakan pilar penting dalam pembangunan nasional, tidak hanya mendorong ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kami yakin universitas berperan besar sebagai pusat research and development dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan wilayah nasional. Melalui karya-karya inovatif dari berbagai bidang, UGM terus berkomitmen untuk menghadirkan riset dan inovasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Ir. Selo, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D., menambahkan bahwa fakultas dan mahasiswa terus menghasilkan karya dan riset relevan untuk kemajuan bangsa. “Kami mendukung seluruh bidang penelitian dan inovasi sehingga dapat terus berkontribusi bagi pembangunan bangsa,” katanya. (Yud)