Yogyakarta – Wisata halal kini bukan sekadar tren, melainkan bagian dari strategi pembangunan nasional. Indonesia tengah serius mengembangkan pariwisata halal sebagai ekosistem menyeluruh, bukan hanya terbatas pada penyediaan tempat ibadah atau label halal semata.
Pertanyaannya, apa itu wisata halal?
Wisata halal adalah konsep pariwisata yang berlandaskan pada etika dan nilai-nilai Islam, tetapi inklusif dan terbuka untuk siapa pun. Ini mencakup pengembangan destinasi yang ramah muslim, menjunjung nilai spiritual, keberlanjutan, dan budaya lokal, serta memberikan dampak ekonomi yang luas dan adil.
Menurut Diyah Titis Kusumawardani PhD, dosen Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), wisata halal meliputi banyak aspek strategis mulai dari regulasi, infrastruktur halal, pelatihan SDM, pemberdayaan UMKM, hingga upaya branding global.
Konsep ini disampaikan dalam forum internasional Summer School International Program for Islamic Economics and Finance (IPIEF) UMY 2025.
Pariwisata halal bukan hanya soal makanan halal atau hotel dengan arah kiblat. Lebih jauh, ini mencakup:
- Ketersediaan layanan dan fasilitas halal
- Dukungan regulasi dari pemerintah
- Pendidikan dan pelatihan pelaku industri pariwisata
- Inklusivitas bagi wisatawan non-muslim
- Citra dan pengalaman yang selaras dengan etika Islam
Indonesia menargetkan untuk masuk tiga besar destinasi wisata halal dunia pada 2029, bersaing dengan negara seperti Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Target ini merupakan bagian dari Rencana Induk Pariwisata Halal Nasional, yang menjadi panduan jangka panjang untuk pembangunan sektor ini.
Beberapa program prioritas dalam pengembangan wisata halal meliputi:
- Pembangunan infrastruktur halal
- Pelatihan SDM dan peningkatan literasi pelaku wisata
- Sertifikasi layanan wisata halal
- Pemberdayaan UMKM lokal
Selain itu, Indonesia juga menjalin kolaborasi internasional, termasuk dengan negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan lembaga pemeringkat seperti Global Muslim Travel Index (GMTI) dan Crescent Rating.
Guna memperkuat positioning global, pemerintah meluncurkan kampanye bertajuk “Experience Halal Indonesia”. Kampanye ini memperkenalkan Indonesia sebagai destinasi wisata halal yang spiritual, beretika, dan berbasis budaya lokal.
”Experience Halal Indonesia bukan sekadar slogan. Ini adalah undangan kepada dunia untuk merasakan pengalaman wisata yang selaras dengan nilai keimanan, budaya lokal, dan prinsip keberlanjutan,” ujar Diyah.
Kontribusi terhadap Ekonomi Nasional
Dengan implementasi menyeluruh dari strategi ini, pemerintah menargetkan kontribusi pariwisata halal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai lebih dari 3 persen pada tahun 2029. Tidak hanya itu, sektor ini diperkirakan akan menciptakan jutaan lapangan kerja baru, terutama di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. (An)