Yogyakarta – Transformasi digital yang berlangsung pesat menjadi pendorong utama perubahan di berbagai sektor kehidupan, termasuk bisnis dan perbankan. Untuk itu, kesiapan generasi muda dalam memahami dinamika ini dinilai penting agar tidak tertinggal di tengah arus kemajuan teknologi.
“Teknologi menyebabkan perubahan besar sekaligus menciptakan kesempatan baru. Tidak mencoba berarti tertinggal,” tegas Direktur BCA, Santoso, dalam kuliah umum BCA Berbagi Ilmu bertajuk Digitalization & Its Impact Toward Business di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Rabu (30/4).
Santoso menjelaskan bahwa lebih dari 80 persen transaksi di Bank Central Asia kini telah berlangsung melalui platform digital seperti internet banking dan mobile banking. Hal ini menunjukkan arah perbankan yang semakin terdigitalisasi.
Untuk membekali mahasiswa dalam menyongsong masa depan digital, Santoso membagikan tiga prinsip penting. Pertama, perusahaan dan individu harus jeli menangkap peluang dari teknologi yang dapat mengubah perilaku konsumen. Teknologi seperti Cloud, Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), konektivitas 5G, dan pembayaran digital dianggap sebagai penggerak utama masa depan. “Secara prinsip memang sederhana, ciptakan nilai yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah,” tambahnya.
Kedua, Santoso menekankan pentingnya keberanian untuk bereksperimen dengan teknologi. Inovasi yang tepat lahir dari pembelajaran berkelanjutan dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan konsumen. Ia mencontohkan evolusi layanan BCA dari mesin ATM, internet banking, mobile banking, hingga MyBCA yang kini menjadi salah satu bentuk kolaborasi digital yang adaptif terhadap kebutuhan nasabah.
Ketiga, ia mengingatkan bahwa teknologi juga membawa tantangan. Persoalan privasi data, keamanan siber, kesenjangan digital, dan literasi teknologi harus menjadi perhatian utama. “Risiko seperti penipuan online terus kami mitigasi lewat edukasi konsumen, salah satunya melalui kampanye ‘Rethink Before Click’ untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya malware,” jelasnya.
Meski dunia bisnis kian terdigitalisasi, menurut Santoso, aspek manusia tetap tak tergantikan. Pelayanan personal tetap menjadi nilai tambah bagi nasabah yang merindukan interaksi manusiawi. “Di balik setiap inovasi teknologi, peran manusia tetap menjadi motor penggerak utama,” pesannya.
Wakil Rektor UGM Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan, Prof. Dr. Supriyadi, M.Sc, juga menegaskan pentingnya kesiapan mahasiswa dalam menghadapi tantangan digital. “Kami berharap para mahasiswa UGM dapat terus memperkaya perspektif dan nantinya mampu memberi kontribusi nyata dalam memajukan sumber daya manusia Indonesia di era transformasi digital,” ujarnya. (Yud)