Yogyakarta – Tim dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil menciptakan teknologi pemilah buah otomatis berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk mendukung peningkatan kualitas ekspor manggis.
Menurut Wakil Rektor UMY Bidang Mutu, Reputasi, dan Kemitraan sekaligus dosen Prodi Teknik Informatika, Slamet Riyadi, pasar internasional menerapkan standar ketat untuk buah manggis, terutama terkait ukuran dan tingkat kematangan.
“Di pasar internasional buah manggis harus memenuhi kriteria ketat, baik ukuran maupun tingkat kematangan. Hal itu mendorong kami menghadirkan solusi berbasis teknologi agar proses pemilahan lebih efisien dan akurat,” ujar Slamet, Senin (24/8) di Yogyakarta.
Cara Kerja Teknologi
Alat ini menggunakan sistem conveyor belt yang membawa manggis ke dalam chamber. Di dalamnya, dua kamera memotret buah dari sisi atas dan samping untuk:
- Mengukur diameter buah.
- Mendeteksi tingkat kematangan dengan dukungan AI.
Setelah dianalisis, buah otomatis disortir menggunakan lengan pneumatik yang telah dipatenkan tim. Lengan tersebut akan mendorong buah sesuai kategorinya: besar, sedang, atau kecil.
“Setelah proses pengukuran di ‘chamber’, buah akan otomatis disortir menggunakan lengan ‘pneumatik’ yang kami patenkan. Lengan ini mendorong buah sesuai kategorinya, besar, sedang, atau kecil,” tambah Slamet.
Dosen Prodi Profesi Insinyur UMY, Tony Khristanto Hariadi, menjelaskan bahwa sistem ini fleksibel karena kriteria pemilahan bisa diprogram ulang sesuai kebutuhan.
“Chamber bisa diatur sesuai kebutuhan. Prinsip kerjanya sama, tinggal menyesuaikan kriteria buah yang akan dipilah,” ungkap Tony.
Dalam uji coba laboratorium, teknologi ini menunjukkan tingkat akurasi lebih dari 90 persen, khususnya dalam pengukuran diameter. Deteksi kematangan dilakukan dengan metode Support Vector Machine (SVM), sementara pengukuran diameter menggunakan teknologi pengolahan citra digital.
“Akurasinya cukup bagus, terutama untuk diameter sudah di atas 90 persen,” tambah Tony.
Tim berharap teknologi ini dapat diuji coba langsung di lapangan untuk melihat performa lebih komprehensif. Selain itu, peluang produksi massal terbuka lebar agar bisa dimanfaatkan industri buah lokal maupun sektor ekspor, sehingga meningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia. (Ep)
