Jejak Sejarah Cokelat dan Peran UGM Cocoa Teaching Industry dalam Industri Kakao Indonesia

Cokelat, kudapan manis yang digemari banyak orang di seluruh dunia, berasal dari biji kakao yang melalui proses panjang sebelum siap dinikmati. Beragam bentuk produk cokelat kini tersedia, seperti cokelat batang, pasta cokelat, hingga bubuk cokelat. Tapi, tahukah Anda bahwa perjalanan cokelat dimulai ribuan tahun yang lalu?

Cokelat dalam Sejarah Mesoamerika

Mengutip dari laman history.com, cokelat pertama kali dikonsumsi oleh penduduk Mesoamerika kuno dalam bentuk minuman. Menariknya, saat itu cokelat dianggap sebagai makanan istimewa yang hanya boleh dikonsumsi oleh para bangsawan.

Para ahli memperkirakan bahwa pohon kakao sebagai bahan utama pembuatan cokelat mula-mula tumbuh di daerah Amazon utara hingga ke Amerika Tengah sampai Meksiko.

Dalam buku The True History of Chocolate karya Sophie dan Michael Coe, disebutkan bahwa konsumsi cokelat sudah berlangsung sejak tiga hingga empat milenium yang lalu, khususnya di wilayah pra-Kolombia seperti peradaban Olmec. Bukti arkeologis paling awal ditemukan di situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras yang berasal dari periode 1100–1400 SM.

Dari hasil penemuan ini, disimpulkan bahwa bukan hanya sebagai minuman, biji kakao juga digunakan sebagai bahan pemanis alami dalam minuman beralkohol dan bahkan untuk keperluan pengobatan.

Suku Maya menjadi salah satu peradaban awal yang mengonsumsi cokelat secara masif. Residu cokelat ditemukan pada tembikar dari masa 450–500 SM di Río Azul, Guatemala Utara.

Suku Maya mengonsumsi cokelat dalam bentuk cairan berbuih ditaburi lada merah, vanila, atau rempah-rempah lain.

Minuman cokelat pada masa itu dianggap sebagai simbol status sosial yang penting.

Perjalanan Cokelat ke Eropa dan Perubahan Rasa

Cokelat mulai dikenal di Eropa pada tahun 1544, saat delegasi Kekchi dari Guatemala mengunjungi Istana Spanyol dan membawa hadiah berupa minuman cokelat.

Pada awalnya cokelat tidak cocok dengan lidah orang Eropa, karena rasanya yang pahit. Kemudian, cokelat ditambahkan madu atau gula sehingga terbentuklah cokelat manis pertama kali.

Cokelat mulai digemari di Istana Spanyol pada awal abad ke-17 dan menyebar luas di kalangan elit Eropa. Saat itu, cokelat hanya dikonsumsi dalam bentuk minuman. Pada tahun 1847, barulah cokelat padat ditemukan.

Uniknya, orang Eropa membuang hampir semua rempah-rempah yang biasa ditambahkan oleh masyarakat Mesoamerika, dan hanya mempertahankan vanila karena dinilai cocok dengan cita rasa mereka.

UGM Cocoa Teaching Industry: Inovasi Pengolahan Kakao di Indonesia

Seiring meningkatnya permintaan cokelat global, Indonesia pun turut mengembangkan industri pengolahan kakao. Salah satu inisiatif inovatif hadir dari UGM Cocoa Teaching Industry.

Berlokasi di Desa Wonokerso, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, fasilitas ini merupakan pabrik pengolahan kakao pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan kebun kakao dan difungsikan sebagai pusat pengembangan SDM kakao nasional.

Dibangun sejak tahun 2017 berkat kerja sama antara Kementerian Perindustrian, Pemerintah Kabupaten Batang, dan Universitas Gadjah Mada (UGM), fasilitas ini memiliki area seluas 9.000 m², dengan bangunan utama seluas 2.590 m² dan kapasitas pengolahan hingga 6.000 ton per tahun. Total investasi mencapai Rp 89,9 miliar.

Lebih dari sekadar pabrik, UGM Cocoa Teaching Industry juga membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk belajar tentang proses pengolahan dan budidaya kakao, menjadikannya sarana edukasi dan pelatihan yang bermanfaat.

Kita mungkin tak menyangka bahwa kudapan lezat seperti cokelat memiliki perjalanan sejarah panjang dan kompleks. Dari ritual suku Maya hingga teknologi modern pengolahan kakao di Indonesia, cokelat terus berevolusi menjadi bagian penting dari budaya dan industri pangan global. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *