Jose Ramos-Horta di UGM Berikan Wawasan Kepemimpinan Kepada Mahasiswa

Yogyakarta –  Presiden Timor-Leste sekaligus peraih Nobel Perdamaian, Jose Ramos-Horta, menyampaikan “catatan” inspiratif tentang pemberdayaan masyarakat saat berkunjung ke Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Dalam forum yang dihadiri pimpinan dan mahasiswa, ia menyuarakan pentingnya kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan, inklusivitas, dan kearifan lokal.

Dalam kunjungan keduanya ke kampus UGM dan keempat kalinya ke Yogyakarta, Ramos-Horta memberikan apresiasi mendalam. “UGM, KAMPUS KERAKYATAN! Saya berterima kasih telah diundang kembali ke universitas ternama ini,” ujarnya membuka pidato.

Dalam kesempatan tersebut, Ramos-Horta memberikan apresiasi kepada Dato Sri Prof. Tahir, Prof. Dr. Todung Mulya Lubis, dan Prof. Dr. Ova Emilia atas sambutan hangat yang diberikan.

Ramos-Horta menekankan bahwa perdamaian positif dan berkelanjutan hanya dapat terwujud apabila masyarakat menjadi pusat perhatian kebijakan publik.
“Rakyat harus menjadi pusat dari semua perhatian dan kebijakan kita,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa inklusivitas, hukum yang tidak diskriminatif, serta alokasi sumber daya yang adil merupakan prasyarat mutlak untuk membangun fondasi perdamaian yang kokoh, khususnya di negara multi-etnis seperti Indonesia dan Timor-Leste.

Sorotannya juga mengarah pada pelestarian bahasa daerah sebagai bagian penting dari identitas budaya.
“Bahasa yang mati adalah roh leluhur terakhir yang menjauh dari kita…”, ujarnya, sembari mengingatkan pentingnya menjaga bahasa sebagai bagian dari hubungan historis dengan masa lalu.

Presiden Ramos-Horta menyerukan pentingnya komunikasi dua arah yang aktif antara pemerintah dan masyarakat. Ia menilai komunitas lokal harus dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan, terutama dalam memperjuangkan hak dan pemberdayaan perempuan di semua sektor.

Ia menegaskan bahwa perdamaian bukan hanya ketiadaan perang, namun juga harus tercermin dalam rumah tangga, sekolah, dan komunitas:
“Itu adalah perdamaian negatif jika dipaksakan. Perdamaian Positif hadir di rumah, di sekolah, dan di semua komunitas,” jelasnya.

Dalam refleksinya mengenai “Kepemimpinan Inspiratif untuk Perubahan Sosial”, Ramos-Horta menyampaikan tiga fondasi utama:

Empati – Kemampuan memahami harapan dan perjuangan kelompok rentan.

Ketekunan dan Ketahanan – Kunci untuk terus maju meskipun menghadapi kegagalan.

Integritas – Pilar kepercayaan publik melalui kejujuran dan kesetiaan pada nilai.

Ia juga menyampaikan bahwa visi masa depan harus disampaikan dengan cara yang realistis dan terukur.
“Ini tentang bermimpi besar, tapi bertindak cerdas!” serunya penuh semangat.

Tiga Pilar Perubahan Sosial: Pendidikan, Kewirausahaan, Perdamaian

Merujuk pada transformasi sosial di negaranya, Ramos-Horta menyampaikan bahwa kolaborasi antara komunitas lokal dan akademisi merupakan kunci perubahan. Ia menekankan tiga pilar utama:

Pendidikan – Ia mencontohkan program makan di sekolah Timor-Leste untuk mengatasi stunting dan putus sekolah.
“Satu makanan sederhana bisa menjadi penentu antara belajar dan putus sekolah,” katanya.

Kewirausahaan Sosial – Mengubah tantangan menjadi peluang, dengan pemuda sebagai kekuatan utama pembangunan regional.
“Pemuda adalah sumber daya terbesar kita,” ujarnya.

Perdamaian – Pilar utama yang membuka jalan pembangunan. Ia mengusulkan pembentukan Pusat Studi Perdamaian dan Rekonsiliasi Komunitas ASEAN.

“Rekonsiliasi adalah seni—yang bisa dipelajari dan diajarkan,” pungkasnya, menekankan pentingnya metode penyelesaian konflik berbasis budaya lokal.

Ramos-Horta membagikan kisah perjuangan kemerdekaan Timor-Leste yang dibangun dari aliansi global, ketekunan rakyat, dan suara bagi yang tak terdengar. Ia menekankan bahwa pembangunan sejati dimulai dari bawah: melalui layanan kesehatan keliling, akses air bersih, pelatihan vokasi, dan kepemimpinan pemuda.

Ia menyebut pendekatan ko-konstruksi ala Timor-Leste sebagai model regeneratif yang dapat diterapkan di seluruh kawasan.

Kepada mahasiswa UGM, ia memberi pesan penuh makna:
“Setiap tindakan Anda dapat menciptakan dampak yang abadi.”

Meski dunia menghadapi tantangan seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan konflik, Ramos-Horta tetap optimis terhadap masa depan:
“Masa depan adalah milik mereka yang berani bermimpi dan yang memiliki keberanian untuk bekerja mewujudkannya.” (Yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *