‘Ngandhut’ Buka Festival Teater Perempuan Yogyakarta

Ajang ini akan berlangsung hingga 21 September dengan rangkaian pementasan di Gedung Teater Arena ISI Yogyakarta dan GIK UGM.

Yogyakarta – Yogyakarta kembali menjadi pusat perhatian seni pertunjukan dengan hadirnya Festival Teater Perempuan Yogyakarta (FTPY) #1 2025, sebuah ruang ekspresi yang menghadirkan karya-karya seniman perempuan dari berbagai komunitas.

Festival Teater Perempuan Yogyakarta (FTPY) #1 tahun 2025 resmi dibuka di Auditorium Jurusan Teater ISI Yogyakarta pada Jumat (19/9). Ajang ini akan berlangsung hingga 21 September dengan rangkaian pementasan di Gedung Teater Arena ISI Yogyakarta dan GIK UGM.

Sejumlah komunitas perempuan ikut serta menampilkan karya terbaik mereka. Di antaranya “Ngandhut” karya Sanggar Pujo Sumakno Gunung Kidul, “Alunier Summer” oleh Teater Sani, “Nyanyian Angin” oleh Teater Wanita Ngunandhika, “Sindikat Tuak Perempuan” oleh Rumah Sastra Evi Idawati, hingga “Dialog Antigone” oleh LTP MAS sebagai penutup festival.

Festival diawali dengan pementasan “Ngandhut”, disutradarai sekaligus ditulis oleh Tisan Cahya dari Sanggar Pujo Sumakno. Sanggar yang berdiri sejak 2018 ini fokus pada pendidikan karakter melalui seni teater, tari, hingga karawitan. Menariknya, seluruh kegiatan mereka diberikan secara gratis sebagai bentuk pengabdian masyarakat.

Pertunjukan “Ngandhut” menyoroti pengalaman perempuan dalam menghadapi kodrat biologis, beban sosial, hingga peran domestik yang sering dilekatkan dengan stigma “dapur, sumur, kasur”.

Ruang Ekspresi Baru bagi Perempuan

Menurut Tisan Cahya, festival ini memiliki arti besar bagi pelaku seni, khususnya perempuan. Ia menilai panggung festival memberi kesempatan bagi karya perempuan untuk lebih diperhatikan sekaligus menjadi ruang baru untuk mengekspresikan diri.

Tisan menegaskan bahwa perempuan adalah makhluk unik dengan sifat yang beragam, dari kelembutan hingga ketegasan, dan hal ini seharusnya mendapat dukungan penuh dari keluarga, teman, maupun pemerintah. Ia juga berharap festival ini membuka lebih banyak peluang bagi perempuan untuk terus berkarya di ranah seni pertunjukan.

FTPY #1 bukan sekadar ajang pementasan, melainkan wadah untuk berbagi perspektif, memperkuat peran perempuan, sekaligus memperkaya ekosistem seni pertunjukan di Yogyakarta. Festival ini diharapkan menjadi agenda berkelanjutan yang semakin memperluas ruang kreativitas bagi seniman perempuan. (An)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *