Surakarta – Peresmian renovasi Panggung Sanggabuwono di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menyisakan isu hangat. Di balik kemegahan menara bersejarah yang telah selesai dipugar tersebut, sosok putra mahkota KGPH Purbaya justru tidak tampak hadir dalam acara yang dihadiri langsung oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.
Pengakuan Pihak KGPH Purbaya
Absennya KGPH Purbaya, putra dari Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIV, menjadi sorotan publik. Melalui perwakilannya, pihak Purbaya mengklarifikasi bahwa ketidakhadirannya bukan karena enggan mendukung program pemerintah, melainkan karena masalah prosedur administrasi.
Pihak PB XIV Purbaya mengaku sama sekali tidak menerima undangan resmi maupun pemberitahuan formal terkait jadwal peresmian bangunan sakral tersebut. Hal ini cukup mengejutkan, mengingat Panggung Sanggabuwono adalah aset vital keraton yang secara adat berkaitan erat dengan posisi raja dan putra mahkota.
Visi Pelestarian Fadli Zon
Meskipun terjadi dinamika internal terkait undangan, Menteri Kebudayaan Fadli Zon tetap meresmikan bangunan cagar budaya tersebut. Dalam sambutannya, Fadli Zon menekankan bahwa fokus utama pemerintah adalah penyelamatan fisik dan nilai sejarah dari warisan dunia yang ada di Indonesia.
“Pemerintah berkomitmen untuk terus merevitalisasi keraton-keraton di nusantara. Panggung Sanggabuwono ini adalah simbol kekuatan sejarah dan spiritual yang luar biasa. Renovasi ini adalah bentuk penghormatan negara terhadap kebudayaan Jawa agar tetap lestari hingga generasi mendatang,” ujar Fadli Zon di kompleks Keraton Surakarta.
Urgensi Panggung Sanggabuwono
Renovasi Panggung Sanggabuwono yang didukung oleh pemerintah pusat ini meliputi perbaikan struktur kayu, atap, dan ornamen bangunan. Menara setinggi 30 meter ini memiliki nilai sejarah tinggi sebagai tempat meditasi raja dan menara pantau sejak abad ke-18.
Meski acara berjalan dengan lancar dan khidmat, ketidakhadiran sosok penting dari garis utama PB XIV ini menunjukkan bahwa tantangan revitalisasi keraton tidak hanya terletak pada perbaikan fisik bangunan, tetapi juga pada harmonisasi komunikasi di lingkungan internal keluarga besar keraton.
Pemerintah berharap agar seluruh elemen keraton dapat bersinergi dalam menjaga aset-aset cagar budaya yang telah diperbaiki menggunakan dana negara, demi keberlanjutan pariwisata sejarah dan budaya di Kota Solo. (Yud)
