Mahasiswa Asing UGM Teliti Bahaya Kerja di Sentra Batik Giriloyo

"Mereka bekerja keras dengan postur tubuh yang tidak selalu baik. Tapi saya rasa ada solusi untuk menjaga kesehatan mereka,"

Bantul – Puluhan mahasiswa asing dari berbagai negara meneliti potensi bahaya kerja di sentra batik tradisional Giriloyo, Bantul. Mereka tidak hanya belajar membatik, tetapi juga mengamati langsung penerapan keselamatan kerja di industri rakyat.

Kegiatan ini merupakan bagian dari International Summer Course on Interprofessional Healthcare yang digelar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, bertema “Promoting Resilient Workplaces and Sustainable Environments for Global Health Equity.” Peserta berasal dari Belanda, Thailand, Pakistan, Myanmar, serta beberapa universitas di Indonesia.

“Mereka mengimplementasikan ilmu yang didapatkan selama 3 hari, bagaimana dia bisa memanfaatkan ilmu tersebut untuk mengobservasi kesehatan kerja dan lingkungan yang ada di masyarakat di dalam dunia nyata,” ujar Koordinator Summer Course 2025, Dr Drs Abdul Wahab.

Di sentra batik, mahasiswa mengamati proses mencanting, pewarnaan, dan pengeringan kain untuk mengenali potensi bahaya kerja dan pentingnya alat pelindung diri.

“Para mahasiswa ini akan mengobservasi bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja itu diterapkan di industri sehingga mereka bisa mencegah dampak kesakitan akibat pekerjaan,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Tim Internasionalisasi FK-KMK UGM, dr Dwi Aris Agung Nugrahaningsih, menjelaskan bahwa tema kesehatan kerja dan lingkungan dipilih agar mahasiswa, terutama dari bidang kesehatan, dapat memahami penyakit dari akar penyebabnya, bukan hanya gejala.

Mahasiswa asal Belanda, Ischa, mengaku mendapat wawasan baru tentang kesehatan kerja.

“Saya rasa program ini sangat bagus, mereka bekerja keras dengan postur tubuh yang tidak selalu baik. Tapi saya rasa ada solusi untuk menjaga kesehatan mereka,” katanya.

Pelaku batik lokal, Vena Jaladara, menyebut kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya K3 di industri rumahan.

“Yang sering terlewatkan adalah dibalik kesuksesan dan maraknya batik ini, ada risiko pekerjaan dan lingkungan yang seharusnya lebih diutamakan lagi,” ujarnya. (Yud)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *